Thursday, August 13, 2009

Bidadari Untuk Ikhwan


Sebuah novel yang menceritakan perjalanan hidup seorang ikhwan bernama Khalid. Seorang mahasiswa Fakultas Hukum tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Dengan kesibukannya ia tetap aktif dengan kegiatan dakwahnya yang penuh damai, santun, lembut tapi juga berani. Ia berdakwah kepada para preman sampai Bosnya juga ikut ngaji. Bahkan mereka menjadi saudara. Pengalaman dengan dosen pembimbing yang dianggap killer oleh teman-temannya, tapi ia tetap berjuang sampai akhirnya ia dipercaya dan berhasil. Perjuangan dan keteguhannya.
Diselingi dengan bahasa kocak para teman-temannya dengan bahasa khas anak-anak tarbiyah (aktivis dakwah kampus). Walaupun masih ada beberapa bahasa yang bertutur panjang, sedikit menjenuhkan tapi disisi itu ada yang diimbangi dengan humor-humor kecil yang membuat novel ini kembali hidup. Novel ini penuh dengan nilai/nasehat mulia tentang indahnya Islam, Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Kita bisa merasakan indahnya persaudaraan sesama muslim, ukhuwah islamiyah. Ada sebuah perenungan dan pemaknaan hidup. Dan yang tak kalah menarik dan romantis yaitu kisah ia menemukan bidadari dan cintanya.
Jika dihadapkan dengan kondisi realita sekarang, Novel ini mungkin terlalu perfeksionis menceritakan karakter utamanya. Saya membaca novel ini ada pengaruh atau terinspirasi dari sebuah novel fenomenal. Tapi yang lebih tau ya penulisnya sendiri. Tapi untuk sebuah mimpi, visi dan cita-cita hal ini tidak menutup kemungkinan akan terwujud menjadi nyata. Sebuah peristiwa yang langka, namun Saya turut mengapresiasi karya ini, ada beberapa hikmah yang dapat saya teladani: keteguhan, keberanian dalam berdakwah dsb. Semoga penulisnya terus berkembang melahirkan karya-karya yang mengangkat sastra Islami.Selengkapnya klik di sini

Hatiku Milikmu

Umar Al-Mujahid keliru. Hatinya direntap dua cinta berbeza. Sukar untuknya menilai kerana hakikat kedua-dua cinta itu indah di matanya.
Antara cinta yang pasti dan tidak pasti, Umar Al-Mujahid akur pada situasi. Dia memilih cinta yang pasti berbalas daripada seorang gadis jelita. Kehadiran gadis itu benar-benar mengubat luka penantiannya. Dia tidak mahu lagi mengharap pada cinta yang tidak pasti daripada si dia yang dianggapnya tidak sudi. Umar sudah putus asa dengan cinta si dia. Namun, hatinya tak pernah mengerti. Bayangan si dia tetap juga menghantui.
Tatkala dunia cinta pilihannya dilalui, suara imannya berbicara. Antara dua cinta yang dicari bukanlah segalanya… Hatinya terkesima pada cinta Allah dan Rasul yang mengajaknya kembali kepada tarbiyyah dan da’wah yang pernah dilalui. Cinta tarbiyyah dan da’wah, cinta yang cuba diusir daripada hidupnya kerana terlalu kecewa dengan cinta si dia yang tak berbalas. Baginya, tarbiyyah dan da’wah lah orang ketiga yang merampas cintanya. Namun, tarbiyyah dan da’wah tak pernah kecewa merebut cintanya. Cinta perjuangan itu memburunya saban waktu dengan perantaraan teman-teman tercinta, terutamanya yang sama-sama menuntut di Sekolah Taman Islam. Rupa-rupanya, cinta Allahlah yang berkuntum segar di sebalik cinta tarbiyyah dan da’wah.
‘’Hatiku milik siapa?’’ Umar Al-Mujahid terus mencari. Dia mengalami konflik diri kerana kurang persiapan hati untuk menempuh ranjau dan duri di universiti. Akhirnya, suara iman memberikan jawapan.
Apakah dilema cinta yang dihadapi?
Apakah rahsia dia boleh berinteraksi dengan imannya?
Apakah kesudahan cinta Umar Al-Mujahid?
Kepada siapa akhirnya diserahkan hatinya?
Dan banyak lagi persolan yang tersimpul dalam episod hidup Umar Al-Mujahid. Rungkaian kepada persoalan-persoalan yang melingkari kisah ini akan membawa pembaca bertanya diri sendiri,
‘’Hatiku pula milik siapa?’’.Selengkapnya klik di sini