Monday, August 24, 2009

Laskar Pelangi


Kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya  tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada  hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya  yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru
sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato  penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan  anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya  bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka," mohon  sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD  tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi
muridnya cuma sebelas.  Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong  itu diangkat dalam novel dengan judul ''Laskar Pelangi'' oleh Andrea  Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu  belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki,  baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis
yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.  Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu  ternyata mampu menginspirasi banyak orang. Seorang ibu di Bandung,  misalnya, mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebut  diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku Laskar Pelangi  kini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. "Setiap malam saya  mendengar suara tangis dari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip,  dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia jadi  semangat untuk ikut rehabilitasi. Kini Niko berhasil berhenti sebagai  pecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi," ungkap Windarti  Kosasih, sang ibu.  Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku  setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya  dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febi, salah satu  pembaca, langsung terinspirasi untuk membantu menyumbangkan buku untuk  sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat. "Saya kagum karena anak-anak
yang diceritakan di buku itu penuh semangat walau fasilitas di sekolah  itu jauh dari memadai," ujar Febi yang juga datang ke Kick Andy untuk  bersaksi.  Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya
merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia  selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang.  Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat
walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda  tua yang saering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km.  Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya.Ingin baca selengkapnya klik di sini

No comments:

Post a Comment